Kamis, 29 Mei 2014

Menghalangi Jodoh

29 Mei, perayaan isa tepat di hari kelahiran salah seorang sahabatku, namun, karena terlena kegalauan aku khilaf dan tak memberi ucapan di tepat tengah malam kamis itu. Baru kumenyadarinya pukul 10.00 pagi, alhasil telepon tak diangkat dan sms tak dibalas. Maaf kawan... sama sekali tak kulupa hari penting itu, bahkan kau tahu ku menulisnya di agenda penting. Hanya, yahh inilah yang dinamakan tak sempurna.

Sempurna dan tak sempurna selalu saja dijadikan alasan atau kambing hitam atau mungkin pembelaan dari sebuah kesalahan. Tapi bukan itu yang penting, artikel ini tidak ingin membahas itu. itu hanya intermezzo.

Yang terbesit malam ini tentang percakapan dengan seorang teman ba'da magrib. Kami berjalan-jalan di sekitaran pk5 kampus, bermaksud membeli hadiah teman kampus yang sudah kami rencanakan jauh hari tetapi baru malam ini terealisasikan. Di tengah perjalanan, Kak San', begitulah sapaanku padanya, ia menceritakan tentang fandy, pria yang saat ini coba untuk kuhindari walaupun kami sudah melalui masa kasmaran hampir setahun, lagi fandy dengan ngototnya mencoba mengorek perihal kelakukanku hari ini yang sama sekali tak mengubris telpon dan smsnya. kuceritakan alasanku "dia itu terlalu mengada-ada, saat saya yang salah seolah itu hal yang fatal, sementara saat dia yang salah, pura-pura tak tahu" ujarku tegas, Alasan ini tentunya dimaklumi sahabatku ini.

Namun, jawaban yang ia utarakan atas keluh kesahku sangat tidak mengenakkan, tapi mungkin membuka jendela pikiran yang baru,"kamu sama saja menghalangi jodohnya" ujarnya simpel, lalu ia lanjutkan "kamu tahu kan di umurnya yang sebentar lagi kepala tiga, tak mungkinlah mau bermain-main soal perasaan, kecuali jika kamu jodohnya, lah bukan? yaa kamu menghalangi jodohnya" penjelasan yang tentunya sangat tak mengenakkan.

Percakapan ini menurutnya mungkin hal yang cepat berlalu, tapi tidak kak san', hingga larut malam ini, aku masih saja memikirkannya. Jika benar, ia menyia-nyiakan banyak waktu, sama seperti yang pernah ia katakan "selama ini banyak waktu yang terbuang dengan orang lain" berarti aku menghalangi jodohnya...

Rabu, 28 Mei 2014

Malam keputusan

Keputusan kadang menjadi sesuatu yang sia-sia. Kapan itu? ketika ia hanya sekedar ucapan dan tak menjadi sebuah realitas utuh yang patut dipertahankan. Kadang pula keputusan malah menimbulkan penyesalan yang entah kapan akan berujung.

Seperti hari-hari sebelumnya, dan seperti kejadian-kejadian sebelumnya. Banyak janji dan kata manis di ucapkan oleh kekasihku itu. Rupanya memang tak seindah nabi Yusuf, tapi dengarlah janji dan petuahnya tentu sangat menenangkan hati, mungkin akan mengalahkan ketampanan Nabi itu. Entah karena perasaan emosi saja dalam diri ini apalagi dia adalah seorang kekasih. Itu persepsiku.

Kuanggap malam ini sebagai malam keputusan, dengan banyak rencana ke depan yang akan kulalui. Pasti akan berat. Malam yang kupikir akan memutuskan hubungan dengannya. Pasti akan berat (kalimat yang terulang), tapi mungkin sesuatu yang baik akan dijalani dengan berat, atau mungkin akan menjadi awal dari perkara burukku. Tapi prinsipnya, semua yang terbaik telah coba dilakukan,toh jodoh ada di tangan Tuhan, katanya.

Rencana ini sengaja ku share lewat blog, setidaknya ini akan menjadi memoriam memalukan kelak ku tua nanti. Hal pertama yang kulakukan adalah menonaktifkan BBM (jejaring sosial yang marak di masa ini), lalu menonaktifkan akun facebook, besok pagi membeli kartu baru, tentunya telkomsel, tanpa memberitahukan siapapun termasuk ibuku, ketiga mewanti-wanti satu kos untuk tidak mengangkat telponnya, keempat menghubungi santri (sahabatku di kampus) untuk tidak mengangkat telponnya. yah malam ini, mungkin terlihat terlalu emosi, tapi ini keputusan yang baik. Lagi, keputusan yang baik jika direalisasikan. Bismillah

Rabu, 15 Januari 2014

Impian dan Sebuah Keputusasaan...

          Mereka-reka masa depan boleh saja, menggantungkan harapan, tentu adalah hal yang wajar-wajar saja. Namun, ada kalanya menjadi momok yang sulit dijalanin. Mungkin ini yang saat ini terjadi pada diriku. Telah kugantung harapan masa depan itu tepat beberapa centi dari pikiran, menenggelamkan pudakku yang mulai reok, dan kaki yang mungkin akan sulit melangkah, dan tentu mata tak sanggup lagi menahan kantuk. Apa daya, semuanya terbilang standar. Tak ada yang berbuah manis, kadang hambar kadang pula kecut. Tapi kembali lagi kita punya penopang harapan yang akan selalu kuat. Dimana??? disini *nunjuk hati.

        Hari ini telak, hari terakhir ujian program studi magisterku. kecewa, sangat jelas kecewa. Impian yang menggelantung sepertinya sebentar lagi akan putus. Pundak, kaki dan kalian semua terima kasih telah menopang hingga saat ini. Hasil telah kuprediksi tidak terlalu memuaskan, mungkin akan mengecewakan. Lalu, apa langkah selanjutnya??? nilah yang saat ini membayangi setiap detik menuju malam kamis...

       Ancaman Drop Out, sangat membuat takut. Lebih tepatnya akan membuatku malu besar. Untukku kegagalan mungkin hal yang biasa saja, tapi tidak untuk orang tua... Mereka bak permata yang akan terus kujaga keindahannya. Mencintai dirinya sama dengan bersimpuh pada ciptaan-Nya... Mereka tentunya akan malu besar. Solusi dari hal ini belum kutemukan... Kecuali mungkin hengkang dari duniia ini...*lari dari kenyataan..

     Hmm... tapi apa mungkin ini akan menyelesaikan masalah, jelas tidak. pertanggungjawaban akan lebih besar kelak di akhirat. lalu bagaimana aku menanggung malu itu,sakit itu, tubuh kurus kering dan kecil ini sangat lelah kawan.

      Tak ada yang kutemukan hingga hari ini... Aku malu mengakuinya... Tapi aku putus asa...